dari inbox emailku:
1. Ikhlas Kepada Allah
Ikhlas kepada Allah, berarti ridho atau rela menerima segala ketentuan-Nya.
Ikhlas dan ridho menerima segala ajaran Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw, yang berupa perintah dan larangan-Nya.
Berarti senang dan tidak merasa keberatan dalam menjalankan perintah dan menjauhkan larangan-Nya (seperti melaksanakan sholat lima waktu, ibadah puasa, dilarang berbuat maksiat dsb) dan dalam melaksanakannya, semata-mata ikhlas karena Allah, tanpa pamrih.
Tujuan amal ibadah yang dilakukan hanya satu, yaitu bagaimana supaya apa yang dilakukan diterima oleh allah Swt, sehingga akhirnya sampai bisa merasakan buah dari keikhlasan yang berupa ketentraman jiwa dan ketenangan bathin, sehingga hidup akan jauh indah dan bahagia.
2. Ikhlas Dalam Menghadapi Masalah Hidup
Mungkin terkadang kita sering kali merasakan betapa sulitnya menjadi hamba yang ikhlas, betapapun kita telah berusaha.
Sebenarnya yang membuat sulit itu adalah karena kita tidak siap menerima kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan, hingga akhirnya dilanda rasa kecewa.
Coba kita renungkan, kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan itu, bukankah sudah terjadi dan menimpa kita ? Jadi, kita suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, mau atau tidak mau, tidak ada pilihan lain, tetap harus menjalaninya.
Jadi lebih baik terima dengan ikhlas, karena di dunia ini kita pasti akan selalu menemukan kenyataan yang tidak bisa dihindari, yaitu selamanya kita akan menemukan perkara-perkara yang tidak mungkin kita rubah, tetapi kita hanya dapat berinteraksi bersamanya dengan sabar dan penuh keimanan.
3. Ikhlas Terhadap Pandangan Orang
Mungkin ada dari kita yang terkadang masih sangat terganggu dengan pandangan orang terhadap kita, yang akhirnya tidak sedikit dari kita yang selama hidupnya jadi sangat mencemaskan atau mengkhawatirkan pandangan orang.
Kekhawatiran kita misalnya : nanti apa kata orang kalau...atau, wah, kalau sampai teman kantor atau tetangga tahu masalah ini, saya malu dan sebagainya, hingga kita jadi sangat disibukkan dengan hanya memikirkan penilaian orang terhadap kita, hingga akhirnya kita pun jadi tidak bisa merasakan ketentraman yang sesungguhnya dalam hidup.
Bagi kita yang mempunyai masalah seperti tersebut, cobalah kita belajar untuk tidak memperdulikan pandangan orang terhadap orang terhadap kita, dengan perasaan puas terhadap pandangan Allah kepada kita. Karena sesungguhnya, bila pandangan Allah baik terhadap kita, maka baik juga pandangan makhluk kepada kita.
4. Memperbaiki Amal Ibadah Dengan Ikhlas
Bila kita telah melakukan suatu amal kebaikan, jagalah amal kebaikan kita cegahlah hawa nafsu dari kesenangan menghapuskannya. Bersihkanlah amal kebaikan kita dari sifat riya, baik yang jelas maupun yang terselubung.
Karena sesungguhnya kita mampu melakukan suatu amal kebaikan atau amal ibadah itu semata-mata karena rahmat karunia Allah.
Pahamilah dan terapkanlah pengertian Laa haula wala quwwata illa billahi, tiada daya untuk mengelakkan dan tiada daya kekuatan untuk berbuat apapun kecuali dengan pertolongan Allah.
Karena memang semua langsung dari Allah, atas izin Allah.
Karena allah-lah yang memberi taufik dan hidayah.
Karena itu perbaikilah amal perbuatan kita dengan ikhlas dan perbaikilah keikhlasan kita dengan perasaan tidak ada kekuatan sendiri.
Sedang semua yang dilakukan semata-mata karena bantuan pertolongan Allah swt.
5. Ikhlas Menerima Takdir Allah
Berikut kiat-kiat bijak dalam menyikapi takdir Allah yang tidak sesuai dengan keinginan kita atau yang terkadang kita rasakan pahit, sebagai berikut :
~* Biar saja takdir berjalan sebagaimana maunya Allah, yang penting adalah kita kerjakan saja perintah-perintah yang membuat takdir itu.
~* Biar saja Allah memutuskan kehendak-Nya (karena ini hak mutlak Allah) yang penting tugas kita untuk mengabdi kepada-Nya tetap kita jalankan.
~* Percuma kita berpikir secara mendalam mengenal takdir, karena seberat apapun kita berpikir, tetap saja ujung-ujungnya kita harus menjalankan ketentuan-Nya.
~* Bukan persoalan takdir Allah yang perlu dipikirkan, karena itu sudah terjadi, tetapi yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar kita bisa tetap taat pada-Nya ketika kita bisa tetap taat pada-Nya ketika menerima takdir-Nya yang kira rasakan pahit itu.
Wassalam.
Catatan Indrawati Ira
1. Ikhlas Kepada Allah
Ikhlas kepada Allah, berarti ridho atau rela menerima segala ketentuan-Nya.
Ikhlas dan ridho menerima segala ajaran Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw, yang berupa perintah dan larangan-Nya.
Berarti senang dan tidak merasa keberatan dalam menjalankan perintah dan menjauhkan larangan-Nya (seperti melaksanakan sholat lima waktu, ibadah puasa, dilarang berbuat maksiat dsb) dan dalam melaksanakannya, semata-mata ikhlas karena Allah, tanpa pamrih.
Tujuan amal ibadah yang dilakukan hanya satu, yaitu bagaimana supaya apa yang dilakukan diterima oleh allah Swt, sehingga akhirnya sampai bisa merasakan buah dari keikhlasan yang berupa ketentraman jiwa dan ketenangan bathin, sehingga hidup akan jauh indah dan bahagia.
2. Ikhlas Dalam Menghadapi Masalah Hidup
Mungkin terkadang kita sering kali merasakan betapa sulitnya menjadi hamba yang ikhlas, betapapun kita telah berusaha.
Sebenarnya yang membuat sulit itu adalah karena kita tidak siap menerima kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan, hingga akhirnya dilanda rasa kecewa.
Coba kita renungkan, kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan itu, bukankah sudah terjadi dan menimpa kita ? Jadi, kita suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, mau atau tidak mau, tidak ada pilihan lain, tetap harus menjalaninya.
Jadi lebih baik terima dengan ikhlas, karena di dunia ini kita pasti akan selalu menemukan kenyataan yang tidak bisa dihindari, yaitu selamanya kita akan menemukan perkara-perkara yang tidak mungkin kita rubah, tetapi kita hanya dapat berinteraksi bersamanya dengan sabar dan penuh keimanan.
3. Ikhlas Terhadap Pandangan Orang
Mungkin ada dari kita yang terkadang masih sangat terganggu dengan pandangan orang terhadap kita, yang akhirnya tidak sedikit dari kita yang selama hidupnya jadi sangat mencemaskan atau mengkhawatirkan pandangan orang.
Kekhawatiran kita misalnya : nanti apa kata orang kalau...atau, wah, kalau sampai teman kantor atau tetangga tahu masalah ini, saya malu dan sebagainya, hingga kita jadi sangat disibukkan dengan hanya memikirkan penilaian orang terhadap kita, hingga akhirnya kita pun jadi tidak bisa merasakan ketentraman yang sesungguhnya dalam hidup.
Bagi kita yang mempunyai masalah seperti tersebut, cobalah kita belajar untuk tidak memperdulikan pandangan orang terhadap orang terhadap kita, dengan perasaan puas terhadap pandangan Allah kepada kita. Karena sesungguhnya, bila pandangan Allah baik terhadap kita, maka baik juga pandangan makhluk kepada kita.
4. Memperbaiki Amal Ibadah Dengan Ikhlas
Bila kita telah melakukan suatu amal kebaikan, jagalah amal kebaikan kita cegahlah hawa nafsu dari kesenangan menghapuskannya. Bersihkanlah amal kebaikan kita dari sifat riya, baik yang jelas maupun yang terselubung.
Karena sesungguhnya kita mampu melakukan suatu amal kebaikan atau amal ibadah itu semata-mata karena rahmat karunia Allah.
Pahamilah dan terapkanlah pengertian Laa haula wala quwwata illa billahi, tiada daya untuk mengelakkan dan tiada daya kekuatan untuk berbuat apapun kecuali dengan pertolongan Allah.
Karena memang semua langsung dari Allah, atas izin Allah.
Karena allah-lah yang memberi taufik dan hidayah.
Karena itu perbaikilah amal perbuatan kita dengan ikhlas dan perbaikilah keikhlasan kita dengan perasaan tidak ada kekuatan sendiri.
Sedang semua yang dilakukan semata-mata karena bantuan pertolongan Allah swt.
5. Ikhlas Menerima Takdir Allah
Berikut kiat-kiat bijak dalam menyikapi takdir Allah yang tidak sesuai dengan keinginan kita atau yang terkadang kita rasakan pahit, sebagai berikut :
~* Biar saja takdir berjalan sebagaimana maunya Allah, yang penting adalah kita kerjakan saja perintah-perintah yang membuat takdir itu.
~* Biar saja Allah memutuskan kehendak-Nya (karena ini hak mutlak Allah) yang penting tugas kita untuk mengabdi kepada-Nya tetap kita jalankan.
~* Percuma kita berpikir secara mendalam mengenal takdir, karena seberat apapun kita berpikir, tetap saja ujung-ujungnya kita harus menjalankan ketentuan-Nya.
~* Bukan persoalan takdir Allah yang perlu dipikirkan, karena itu sudah terjadi, tetapi yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar kita bisa tetap taat pada-Nya ketika kita bisa tetap taat pada-Nya ketika menerima takdir-Nya yang kira rasakan pahit itu.
Wassalam.
Komentar
Posting Komentar