Langsung ke konten utama

DAFTAR GAMBAR Bidang TEKNIK PENGELASAN

Jasa Pembuatan Pagar Besi, Crome dan Stainless Di SidoarjoDAFTAR GAMBAR Bidang TEKNIK PENGELASAN
BAB I
I.1 Hubungan antara kandungan karbon dan sifat mekanis
I.2 Diagram Proses Pembuatan Baja
I.3 Percikan bunga api 
I.4 Mistar baja lurus
I.5 Mistar siku 
I.6 Mistar gulung
I.7 Calipers outside 
I.8 Calipers inside
I.9 Jangka sorong
I.10 Micrometer dan pengukur standart 
I.11 Penunjuk ukuran dan tonggak penunjuk ukuran
I.12 Tonggak magnet 
I.13 Siku (mistar sudut kanan) 
I.14 Busur baja 
I.15 Busur bevel universal
I.16 Pengukur jarak / celah 
I.17 Pengukur sudut 
I.18 Pengukur jari – jari 
I.19 Pengukur lubang 
I.20 Pengukur kerataan tipe segiempat
I.21 Meja penandaan permukaan plat
I.22 Meja penyetelan permukaan plat 
I.23 Blok paralel 
I.24 Blok V
I.25 Kotak blok V
I.26 Pelat siku
I.27 Alat penggores 
I.28 Penyangga mistar 

I.29 Jangka biasa 
I.30 Jangka ulir
I.31 Hermaphro-dite calipers
I.32 Pena penandaan
I.33 Penitik 
I.34 Palu single
I.35 Pahat datar
I.36 Pahat lancip 
I.37 Ragum
I.38 Ragum paralel (Ragum horisontal) 
I.39 Ragum kaki (ragum vertikal) 
I.40 Ragum squill (klem C) 
I.41 Bagian - bagian kikir
I.42 Bentuk – bentuk kikir
I.43 Gagang kikir 
I.44 Sikat kawat
I.45 Tap tangan 
I.46 Pegangan tap
I.47 Tap luar 
I.48 Pegangan tap luar
I.49 Gergaji potong metal
I.50 Swage block
I.51 Landasan jenis Perancis 
I.52 Landasan jenis Inggris 
I.53 Jenis tang tempa
I.54 Palu besar 
I.55 Pahat dengan gagang
I.56 Palu tempa 
I.57 Gunting plat tipis 
I.58 Pemotongan dengan gunting 
I.59 Besi solder 

I.60 Jenis – jenis kunci 
I.61 Obeng 
I.62 Tang potong 
I.63 Tang
I.64 Tang catok 
I.65 Kacamata pelindung debu 
I.66 Bor dengan mata bor miring
I.67 Bor dengan mata bor lurus
I.68 Cekam bor 
I.69 Sleeve / lengan penghubung 
I.70 Soket
I.71 Drift / pasak 
I.72 Alat penyekat dengan air 
I.73 Regulator oksigen (tipe Jerman) 
I.74 Regulator oksigen (tipe Perancis) 
I.75 Bagian regulator asetilin
I.76 Tabung penyalur 
I.77 Torch tekanan rendah 
I.78 Brander potong dengan gas (jenis Perancis) 
I.79 Kacamata pelindung untuk las 
I.80 Korek / pematik 
I.81 Kap las tangan 
I.82 Helm las 
I.83 Sepatu keska 
I.84 Selubung tangan las 
I.85 Apron / pelindung dada 
I.86 Sarung tangan
I.87 Palu tetek 
I.88 Stang las untuk Las Busur Listrik
I.89 Prinsip Pemotongan gas 

I.90 Pengaruh kemurnian oksigen pada kecepatan potong
(Standar drag 0, tebal plat 50 mm) ....................................... 54
I.91 Efek perlakukan oksigen dari nyala preheating
I.92 Efek nyala preheating pada saat oksigen potong dinyalakan 
I.93 Faktor-faktor yang menentukan kualitas pemotongan permukaan 
I.94 Pemotongan busur plasma 
I.95 Bentuk elektroda dan sistim suplai gas orifice 
I.96 Plasma injeksi air 
I.97 Faktor-faktor yang menentukan kualitas permukaan potong busur plasma
I.98 Sistim aliran ganda
I.99 Kepala potong laser 
I.100 Hubungan antara ketebalan plat dan kecepatan potong untuk
baja lunak pada pemotongan sinar laser 
I.101 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dari pemotongan sinar laser
I.102 Alat potong gas manual 
I.103 Alat potong manual dan nama bagiannya
I.104 Nozzle potong 
I.105 Nama dan fungsi bagian-bagian brander pemotong
I.106 Nyala api pemanasan awal 
I.107 Pemotongan manual 
I.108 Pemeriksaan hasil pemotongan
I.109 Persiapan pemotongan dengan gas manual
I.110 Nyala busur api potong 
I.111 Posisi material induk pada meja potong
I.112 Pemotongan material 
I.113 Pengosongan tabung gas oksigen
I.114 Langkah pemotongan 
I.115 Proses Pemotongan Otomatis dengan Gas

I.116 Pemotongan lurus dengan alat pemotong otomatis
I.117 Pengaturan arus gas oksigen 
I.118 Pengaturan posisi pucuk alat potong ke garis potong
I.119 Gas oksigen menembus plat baja
I.120 Pemotongan pinggiran miring 
I.121 Hubungan antara kondisi pemotongan dengan permukaan potong 
I.122 Ujung alat potong otomatis
BAB II
II.1 Contoh-contoh penyambungan mekanis
II.2 Penyambungan dengan pengelasan
II.3 Pengelasan plasma dengan bantalan serbuk 
II.4 Perbedaan antara sambungan las dan sambungan tumpul  yang dikeling 
II.5 Perbandingan distribusi tegangan antara sambungan keling dan las
II.6 Deformasi dan deformasi sudut yang disebabkan oleh penyusutan
II.7 Pengelasan tumpul plat
II.8 Distribusi tegangan sisa pada plat las tumpul
II.9 Perbandingan terjadinya retak pada sambungan keling 
II.10 Permukaan retak rapuh (Panah menunjukkan arah perambatan retak
II.11 Aliran Tegangan Sambungan 
II.12 Pengaruh ketinggian pengisian las pada kekuatan fatik (lelah) dari las sambungan tumpul (baja lunak : 2 x 106 cycle) 
II.13 Struktur busur dan distribusi tegangannya
II.14 Hubungan antara panjang busur dan tegangan busur
II.15 Karakteristik arus – tegangan pada busur
II.16 Busur DC
II.17 Busur AC
II.18 Efek Polaritas pada Las TIG 

II.19 Las TIG AC 
II.20 Bentuk tip kawat las MIG 
II.21 Las MAG (100% CO2) 
II.22 Pembersihan (contoh pada aluminium (campuran) 
II.23 Aliran gas 
II.24 Las maju (turun), las mundur (naik) 
II.25 Hembusan busur
II.26 Tiga jenis perpindahan butiran logam
II.27 Transfer sirkuit pendek dan perubahan arus
II.28 Kondisi terjadinya percikan pada las MAG (100% CO2) 
II.29 Hubungan rasio campuran gas argon, CO2 dengan transfer butiran logam 
II.30 Kemuluran Mn dan Si pada kawat las
II.31 Perubahan sifat mekanis dari logam las 
II.32 Karakteristik eksternal dari mesin las busur
II.33 Karakteristik menurun dan titik aksi busur
II.34 Titik gerak busur dari sumber daya tegangan konstan 
II.35 Mesin las busur AC tipe inti bergerak
II.36 Kontrol Thyristor
II.37 Kontrol inverter
II.38 Prinsip operasi dari alat penurun tegangan otomatis
II.39 Tabel toleransi siklus kerja
II.40 Pembumian yang benar dan pengkabelan sisi output 
II.41 Contoh sisi pengkabelan output untuk dok galangan Kapal 
II.42 Pembumian dan pengkabelan sisi output yang buruk
II.43 Kondisi kabel las dan penurunan tegangan 
II.44 Nama-nama dari bagian-bagian sambungan las 
II.45 Pertumbuhan dendrit pada las lapis banyak 
II.46 Struktur dan kekerasan maksimum dari daerah las ( SM 490 A ) 
II.47 Konstruksi dari elektrode bersalut

II.48 Garis keterangan
II.49 Contoh perintah pengelasan dengan simbol
II.50 Sisi atas dan sisi bawah dari garis dasar 
II.51 Penunjukan dengan menggunaan garis penunjuk yang patah 
II.52 Sambungan las yang baik atau buruk berdasarkan bending momen 
II.53 Sambungan las yang baik atau buruk berdasarkan konsentrasi garis las 
II.54 Sambungan las tumpul antara dua logam yang berbeda ketebalan
II.55 Sambungan las 
II.56 Macam-macam las 
II.57 Macam-macam las sudut 
II.58 Bentuk geometri kampuh 
II.59 Nama dari tiap-tiap bagian kampuh untuk sambungan tumpul 
II.60 Contoh-contoh penumpu las 
II.61 Daerah las ikat yang benar 
II.62 Diagram karakteristik sebagai jaminan kualitas pengelasan
II.63 Macam-macam posisi pengelasan
II.64 Penyerapan kelembaban pada elektrode las
II.65 Prosedur teknik menarik kembali awalan
II.66 Macam-macam bentuk deformasi las 
II.67 Metode pengaturan penyimpangan 
II.68 Urutan pengerjaan 
II.69 Macam-macam cacat las 
BAB III
III.1 Mesin Las Busur Listrik 
III.2 Sirkuit utama 
III.3 Sambungan kabel 

III.4 Pemasangan elektrode 
III.5 Penyiapan tang ampere 
III.6 Pengaturan arus mesin las busur listrik 
III.7 Pemeriksaan arus mesin las busur listrik 
III.8 Kaca pelindung mata 
III.9 Pakaian pelindung kerja
III.10 Peralatan kerja 
III.11 Posisi tubuh saat penyalaan busur listrik 
III.12 Proses Penyalaan busur 
III.13 Menghentikan busur
III.14 Penyalaan busur pada pengelasan posisi datar 
III.15 Posisi elektrode
III.16 Posisi Batang Las 
III.17 Posisi alur busur
III.18 Penampang sambungan las 
III.19 Cara pemutusan arus
III.20 Hasil pengelasan
III.21 Takik & overlap 
III.22 Ayunan las saat pembuatan manik – manik posisi datar 
III.23 Menyambung manik – manik las
III.24 Menyalakan dan mematikan busur 
III.25 Poin pemeriksaan 
III.26 Persiapan permukaan logam pengelasan tumpul posisi datar
III.27 Las ikat pada pengelasan tumpul posisi datar 
III.28 Pembuatan busur
III.29 Pengaturan las 
III.30 Gerakan tangkai Las 
III.31 Pemeriksaan hasil las 
III.32 Persiapan awal pengelasan tumpul kampuh V posisi datar dengan penahan belakang
III.33 Pemberian las ikat

III.34 Pembuatan busur pada ujung lempeng penahan belakang
III.35 Pengelasan pertama 
III.36 Pengelasan kedua 
III.37 Pengelasan ketiga
III.38 Pengelasan terakhir 
III.39 Proses pembukaan sudut 
III.40 Pemeriksaan las
III.41 Persiapan permukaan logam pada pengelasan sudut posisi horisontal
III.42 Las ikat pada pengelasan sudut posisi horisontal
III.43 Penyalaan busur 
III.44 Mengelas sudut untuk alur tunggal 
III.45 Mengelas lajur kedua 
III.46 Mengelas lajur ketiga 
III.47 Contoh las T yang buruk 
III.48 Persiapan permukaan las pada pengelasan vertikal rigi las lurus 
III.49 Posisi pengelasan saat pengelasan vertikal 
III.50 Penyalaan busur 
III.51 Pengelasan rigi – rigi
III.52 Pematian busur las 
III.53 Pengisian kawah 
III.54 Pemeriksaan hasil las 
III.55 Penyalaan busur las pada pengelasan vertikal dengan ayunan 
III.56 Pengelasan rigi – rigi
III.57 Pematian busur las 
III.58 Pengisian kawah 
III.59 Persiapan awal Pengelasan Sambungan Tumpul Kampuh V dengan Penguat Belakang
III.60 Las ikat
III.61 Penyalaan busur 

III.62 Pengelasan pertama 
III.63 Pengisian kawah las 
III.64 Pengelasan lajur kedua
III.65 Pengelasan alur kedua dan alur yang lain 
III.66 Pengelasan lajur terakhir 
III.67 Pemeriksaan hasil las 
III.68 Persiapan awal pada Pengelasan sudut vertikal (ke atas) 
III.69 Las ikat
III.70 Penyalaan busur 
III.71 Pengelasan alur pertama 
III.72 Pengelasan alur kedua 
III.73 Penyalaan busur pada pengelasan sudut vertikal (ke bawah) 
III.74 Pengelasan alur pertama 
III.75 Pengisian kawah las 
III.76 Persiapan permukaan las pada pengelasan lurus posisi horisontal
III.77 Posisi elektrode pada penjepit 
III.78 Posisi badan saat pengelasan 
III.79 Penyalaan busur 
III.80 Pengelasan rigi – rigi
III.81 Pematian Busur
III.82 Pengisian kawah las 
III.83 Pemeriksaan hasil las 
III.84 Persiapan bahan Pengelasan Tumpul Posisi Horisontal dengan Penahan Belakang
III.85 Pengikiran sisi logam 
III.86 Las ikat
III.87 Penyalaan busur 
III.88 Pengelasan alur pertama 
III.89 Mematikan busur

III.90 Pengisian kawah 
III.91 Pengelasan alur kedua 
III.92 Pembuatan Rigi – rigi las 
III.93 Pengelasan alur ketiga dan lainnya 
III.94 Hasil las rigi-rigi
III.95 Pengelasan sudut datar dan horisontal
III.96 Pemeriksaan kelurusan dan kesikuan
III.97 Penggabungan dua plat dengan las ikat
III.98 Las tumpul pada plat dasar
III.99 Perakitan kotak plat
III.100 Pengelasan sambungan 
III.101 Penggerindaan penguat rigi- rigi plat dasar 
III.102 Las ikat pada plat dasar 
III.103 Las sudut menumpang
III.104 Pengelasan sambungan filet bagian dalam 
III.105 Pengelasan sambungan filet bagian luar 
III.106 Peralatan untuk pengelasan busur listrik dengan gas pelindung CO2 
III.107 Bagian-bagian torch las 
III.108 Penekanan remote kontrol 
III.109 Regulator gas CO2 dan botol gas CO2 
III.110 Penyentuhan kawat elektrode pada baja 
III.111 Posisi memegang welding torch
III.112 Proses pembersihan 
III.113 Penyetelan kondisi pengelasan
III.114 Penyalaan busur 
III.115 Proses pelelehan 
III.116 Proses pengelasan lurus (tanpa ayunan) 
III.117 Pengisian kawah las 
III.118 Pemeriksaan hasil las 
III.119 Penyetelan kondisi pengelasan lurus ( dengan ayunan ) 

III.120 Penyalaan busur 
III.121 Gerakan ayunan
III.122 Mematikan busur
III.123 Pemeriksaan hasil las 
III.124 Posisi pengelasan posisi datar
III.125 Gerakan ayunan
III.126 Penyetelan pelat penahan belakang dengan logam induk
III.127 Las ikat pelat penahan belakang
III.128 Posisi welding torch 
III.129 Kondisi arus dan tegangan 
III.130 Las ikat Las ikat pada pengelasan sambungan tumpang pada posisi horisontal 
III.131 Posisi material diatas meja kerja
III.132 Posisi pengelasan tumpang pada posisi horisontal 
III.133 Penyalaan busur 
III.134 Mematikan nyala busur 
III.135 Proses pembersihan dan pemeriksaan hasil las
III.136 Pemotongan hasil las
III.137 Las ikat sambungan tumpul 
III.138 Penyetelan pra tarik 
III.139 Posisi material secara mendatar diatas meja kerja
III.140 Kondisi arus dan tegangan 
III.141 Posisi pengelasan sambungan tumpul pada posisi datar 
III.142 Penyalaan busur 
III.143 Mematikan busur las 
III.144 Pembersihan hasil las – lasan
III.145 Pemotongan hasil las
III.146 Persiapan permukaan logam 
III.147 Penyetelan kondisi pengelasan
III.148 Penyalaan busur 

III.149 Proses pengelasan sudut posisi horisontal 
III.150 Pengisian kawah las 
III.151 Pemeriksaan hasil las 
III.152 Penyalaan busur dan pengelasan
III.153 Pengelasan kedua 
III.154 Pemeriksaan kelurusan permukaan material
III.155 Proses pembuatan sudut bevel
III.156 Perakitan material dengan las ikat 
III.157 Pengelasan lapis kedua 
III.158 Proses las ikat
III.159 Pengelasan sambungan pojok
III.160 Pengelasan sudut arah vertikal turun
III.161 Pengelasan pojok untuk penyambungan plat dasar 
III.162 Pengelasan fillet untuk penyambungan plat dasar
III.163 Rangkaian Mesin Las TIG
III.164 Saklar Las argon dan las manual
III.165 Saklar pengatur AC dan DC
III.166 Tombol power utama 
III.167 Saklar kontrol 
III.168 Kran aliran air
III.169 Pengaturan aliran gas 
III.170 Pengaturan saklar 
III.171 Penyetelan after flow
III.172 Pemasangan kolet dan nosel
III.173 Pemasangan elektrode dan tutup 
III.174 Penyalaan busur 
III.175 Awal pengelasan
III.176 Pelelehan 
III.177 Mematikan busur
III.178 Pengelasan mematikan busur
III.179 Pengisian kawah las 
III.180 Pemeriksaan las
III.181 Sakelar AC dan DC
III.182 Penyalaan busur pengelasan aluminium dengan las TIG
III.183 Proses pengelasan aluminium dengan las TIG
III.184 Pemeriksaan pengelasan
III.185 Mesin Las Busur Listrik Terendam Otomatik 
III.186 Penetrasi Las 
III.187 Pengaruh arus dalam proses SAW
III.188 Pengaruh dari diameter kawat elektrode
BAB IV
IV.1 Pembangunan badan kapal sistem seksi
IV.2 Pembagian seksi bidang 
IV.3 Penyusunan badan kapal dengan metode layer
IV.4 Penyusunan badan kapal dengan metode seksi vertikal
IV.5 Pembangunan badan kapal sistem blok 
IV.6 Penyusunan badan kapal dengan metode blok 
IV.7 Tahapan proses pembangunan kapal
IV.8 Susunan umum kapal barang 
IV.9 Penampang tengah dari lambung kapal 
IV.10 Gambar urutan pengelasan 
IV.11 Urutan pengelasan pada penyambungan pelat 
IV.12 Urutan pengelasan pada penyambungan profil 
IV.13 Urutan pengelasan profil terhadap pelat 
IV.14 Urutan pengelasan profil menembus pelat 
IV.15 Urutan pengelasan pada pelat hadap 
IV.16 Sambungan tumpul pada pelat 
IV.17 Sambungan campuran antara las tumpul dan las sudut
IV.18 Penampang konstruksi Bagian Depan Kapal
IV.19 PenampangKonstruksi melintang tengah kapal
IV.20 Penampang Konstruksi Dasar Kapal 
IV.21 Penampang Konstruksi Pondasi Mesin
IV.22 Sistem Konstruksi Kombinasi
IV.23 Konstruksi sekat kedap air 
IV.24 Konstruksi Dasar,Geladak dan Kulit
IV.25 Hubungan balok geladak dengan gading
IV.26 Susunan konstruksi geladak dengan penyangganya
IV.27 Konstruksi ceruk buritan bentuk lengkung 
IV.28 Las sudut terputus-putus rantai
IV.29 Las sudut terputus-putus scallop 
IV.30 Las sudut terputus-putus zig-zag 
IV.31 Toleransi tinggi, lebar dan sudut lasan 
IV.32 Toleransi takik las tumpul
IV.33 Toleransi takik las 
IV.34 Toleransi panjang kaki las
IV.35 Toleransi sudut distorsi 
IV.36 Toleransi jarak antar las tumpul 
IV.37 Toleransi jarak las tumpul ke fillet 
IV.38 Toleransi jarak las tumpul ke ujung scallop
IV.39 Celah antara pelat dan penegar
IV.40 Penegar dengan permukaan tidak rata
IV.41 Toleransi kemiringan penegar
IV.42 Toleransi celah penegar terhadap pelat
IV.43 Posisi scallop terhadap tepi lubang penembus
IV.44 Penambahan length leg 
IV.45 Toleransi perbedaan dan tebal 
IV.46 Kelurusan antara balok dan gading
IV.47 Toleransi kelurusan penegar dengan balok 
IV.48 Toleransi celah sebelum pengelasan
IV.49 Toleransi tebal pelat sebelum pengelasan
IV.50 Jarak pemotongan penggantian pelat
IV.51 Las tumpul dengan bantuan penumpu belakang 
IV.52 Jarak minimum antar sambungan las tumpul
IV.53 Toleransi jarak celah las otomatis
IV.54 Toleransi jarak las otomatis dengan flux copper 
IV.55 Toleransi jarak las otomatis dengan fiber asbestos backing
IV.56 Toleransi celah las CO2 dengan penumpu belakang 
IV.57 Toleransi celah las Elektro gas 
IV.58 Toleransi Leg length las tumpang 
IV.59 Toleransi perbaikan lubang yang salah 
IV.60 Perbaikan ditutup dengan insert plate
IV.61 Cara perbaikan pelat dengan dibuat lubang 
IV.62 Pemanasan garis ( line heating ) 
IV.63 Pemanasan sistim melintang (cross heating) 
IV.64 Pemanasan melintang dan membujur
IV.65 Pelurusan dengan pemanasan segi tiga
IV.66 Pelurusan dengan pemanasan segi tiga (triangle heating) 
IV.67 Pelurusan dengan pemanasan melingkar
IV.68 Pelurusan dengan dua anak panah 
IV.69 Pelurusan dengan pemanasan 
IV.70 Pelurusan pelat dengan proses penarikan
IV.71 Pelurusan dengan bantuan gaya luar 
IV.72 Pembebasan bengkok pada sambungan dari frame
IV.73 Pembebasan bengkok sambungan tumpul
IV.74 Bentuk Pelat dan Profil
BAB V
V.1 Uji tarik pada sambungan las tumpul 
V.2 Diagram pemanjangan beban pada baja lunak dan perhitungannya 
V.3 Jenis-jenis uji lengkung (JIS Z 3122) 
V.4 Metode uji lengkung 
V.5 Metode dukungan spesimen dan arah hentakan pada uji hentakan 
V.6 Temperatur peralihan dalam uji hentakan charpy
V.7 Spesiman rapuh uji hentakan charpy
V.8 Metode pengukuran kekerasan maksimal dan distribusi kekerasan
V.9 Prinsip kerja pengujian partikel magnet 
V.10 Metode pengujian partikel magnet pada daerah pengelasan
V.11 Pengujian elektromagnet 
V.12 Kerangka kerja uji ultrasonic (metode sinar normal) 
V.13 Kerangka kerja uji ultrasonic (metode sinar sudut) 
V.14 Prinsip kerja uji radiografi
V.15 Klasifikasi uji radiografi menurut metode pendeteksian radiasi
V.16 Contoh susunan uji radiografi 
V.17 Pembacaan hasil uji radiografi 
V.18 X-Ray film hasil las
V.19 Kontrasmeter
V.20 Kontrasmeter Tipe II
V.21 Macam-macam cacat las 
BAB VI
VI.1 Jalur arus listrik ketika operator menyentuh elektrode las dan rangkaian listrik ekuivalen 
VI.2 Contoh hubungan listrik yang aman untuk las busur listrik 
VI.3 Masker pelindung wajah 
VI.4 Contoh-contoh alat pelindung sinar 
VI.5 Sebab-sebab timbulnya asap (contoh dari las MAG) 
VI.6 Kepadatan berbagai titik selama las MAG 
VI.7 Contoh penggunaan alat penyedot asap las local dan alat pembuang gas 
VI.8 Contoh penggunaan alat bantu pernafasan
VI.9 Volume asap las jika menggunakan gas campuran
VI.10 Perlengkapan pelindung untuk dipakai pada waktu mengelas

DAFTAR GAMBAR Bidang TEKNIK PENGELASAN
DAFTAR TABEL Bidang TEKNIK PENGELASAN
DAFTAR PUSTAKA Bidang TEKNIK PENGELASAN
DAFTAR ISTILAH Bidang TEKNIK PENGELASAN
DAFTAR SINGKATAN Bidang TEKNIK PENGELASAN
DAFTAR RUMUS Bidang TEKNIK PENGELASAN
=================================

Selengkapnya tentang Kemajuan Teknologi Pengelasan dan tentang Pengertian Ilmu Logam dan Macam klik disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istilah-sitilah dalam bidang Seni dan Budaya

Istilah-sitilah dalam bidang Seni dan Budaya Aesteties : bersifat indah, karya seni yang indah, nilai-nilai keindahan. Aliran : ciri ekspresi personal yang khas dari seniman dalam menyajikan karyanya – isi karya (makna). Alur : rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan cerita kearah klimaks dan penyelesaian. Antagonis : tokoh pertentangan, lawan tokoh protagonist. Anti Tips Casting : pemilihan pemain berlawanan dengan sifat asli pemain. Art Seni : kepandaian, sesuatu yang indah, kagunan, anggitan. Atmos : suasana perasaan yang bersifat imajinatif dalam naskah drama yang diciptakan pengarangnya. Atau suasana berkarakter yang tercipta dalam pergelaran drama. Babak : bagian besar dari suatu drama atau lakon (terdiri atas beberapa adegan). Balance : keseimbangan unsur rupa. Basics design : dasar-dasar desain, nirmana. Basics visual : dasar-dasar rupa, rupa dasar. Blocking : teknik pengaturan langkah-

Istilah-istilah dalam Bidang Software (Perangkat Lunak)

Abstraction Merupakan prinsip penyederhanaan dari sesuatu yang kompleks dengan cara memodelkan kelas sesuai dengan masalahnya Algoritma Urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis  Array Struktur data yang menyimpan sekumpulan elemen yang bertipe sama Atribut Karakteristik atau ciri yang membedakan antara entitas satu dengan entitas yang lainnya Authentication Proses memeriksa keabsahan seseorang sebagai user (pengguna) pada suatu system (misalnya pada DBMS) Basic Input/Output System (BIOS) Kode-kode program yang pertama kali dijalankan ketika komputer dinyalakan (booting) Basis data (database) Kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan dalam perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya Command Line Interface (CLI) Antar muka pengguna dengan model perintah-perintah teks Compiler Penerjemah bahasa pemrograman tingkat tinggi ke bahasa mesin

Istilah dalam bidang kuliner - Masakan

R Ready plate : siap diracik dipiring Robert sauce : merupakan turunan saus demiglace yang ditambah dengan bawang Bombay, anggur putih, mustard, merica dan cuka Rolled : Potongan tipis dan digulung pada proses membuat Rolled Beef Rosemary : Dipakai untuk membumbui pada waktu membuat Roast dari Beef, poultry Roux : Kombinasi flour (terigu) dan butter sebagai pengental soup atau sauce. Bila prosesnya dengan panas disebut Roux. Jika dingin istilahnya burre manie Rub : Mengoleskan sesuatu bahan ke atas permukaan hidangan agar memperoleh warna mengkilat S Salad : Hidangan yang berasal dari bahan makanan yang segar dengan sauce yang berasa asam Salad dressing : Saus yang mendampingi hidangan salad Salamander : Oven dengan menggunakan api atas untuk memberi warna coklat pada permukaan hidangan Sasaran pemasaran : gambaran keinginan perusahaan di masa depan. Sasaran pemasaran dapat dibuat jangka pendek atau jangka panjang. Sauce : Caian semi liquid yang digunakan sebagai pengaro