Pianis Berjari Empat yang Dahsyat Sungguh luar biasa! Meskipun menderita cacat berat, Hee Ah Lee sanggup terus berkarya. Ya, Hee Ah Lee adalah pianis hebat dari Korea Selatan. Kini, dengan keahliannya bermain piano, Hee bisa keliling dunia, termasuk Indonesia. Dahsyat!
Pianis berjari empat
Eh, ketahuilah, Hee bermain piano hanya dengan empat jari lho. Bukan sepuluh jari. Meskipun hanya empat jari, Hee berhasil mengakrabi alat musik piano.
Hee menderita penyakit lobster claw syndrome. Akibatnya, pada masing-masing ujung tangannya hanya terdapat dua jari yang menyerupai capit kepiting. Kakinya pun sebatas bawah lutut dan tentu tak mampu menggapai pedal piano. Maka khusus untuk Hee, pedal piano sengaja ditinggikan agar bisa diinjaknya.
"Terlahir cacat bagiku merupakan anugerah spesial dari Tuhan, " ujar Hee yang dijuluki The Four Fingered Pianist.
Konser keliling dunia
Di samping hanya memiliki empat jari, Hee Ah Lee juga mengalami keterbelakangan mental. Namun Hee tak pernah berkecil hati. Sejak usia 6 tahun, Hee berusaha belajar piano. Di bawah bimbingan guru piano pertama, Cho Mi Kyong, Hee berlatih sangat keras. Bu Guru bahkan memperlakukan Hee sebagai murid dengan sepuluh jari. Tanpa belas kasihan.
Pelan-pelan Hee yang belajar musik di National College of Rehabilitation & Welfare mampu mengatasi segala keterbatasannya. Jarinya yang hanya dua di setiap tangan ternyata mampu menekan tuts berurutan secara cepat dan tepat. Dari hari ke hari, permainannya kian memikat.
Horee, Hee pun mulai berani menggelar konser di depan publik. Tak hanya di negerinya sendiri, mulailah Hee terbang ke Jepang, China, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan sebagainya. Tak ketinggalan, Hee sempat pula datang ke Indonesia dan menggelar konser Sharing the Strength of Love.
"Saya senang konser di Indonesia. Saya dengar keadaan Indonesia sedang susah ya, tapi semua itu pasti bisa diatasi," ujar Hee di tengah konser di gedung Balai Kartini, Jakarta, 31 Maret 2007 lalu. Wow, sukses besar.
Fantasie Impromptu
Ketika konser di Indonesia, Hee yang lahir di Seoul, 9 Juli 1985 memainkan beberapa komposisi musik karya komponis dunia. Sebut saja, Ode to Joy (Beethoven), Liebestraum (Liszt), Ave Maria (Schubert), O' Mio Babbi No Cazo (Puccini), Fantasie Impromptu (Chopin) Untuk bisa memainkan Fantasie Impromptu karya Chopin, Hee harus berlatih keras selama lima tahun. Dan setiap harinya selama 10 jam. Bukan main. Memang, Fantasie Impromptu merupakan komposisi yang sangat rumit, namun indah bukan main.
Selain itu, Hee juga sangat suka membawakan lagu-lagu rakyat Korea, antara lain Variation on the Arirang yang amat manis. Suara tepuk tangan penonton membahana menyambutnya.
"Thank you so much. Terima kasih," seru Hee riang.
Peran sang ibunda
Sukses Hee Ah Lee tak lepas dari sang ibunda, yakni Bu Woo Kao Sun. Ya, ibunya terus mendorong Hee untuk belajar piano. Ia juga selalu membantu putrinya untuk bisa mandiri dan percaya diri. Adapun, ayah Hee, pensiunan tentara, telah tiada ketika Hee masih kecil.
Meski Hee lahir cacat, Bu Woo Kap Sun sangat menyayangi buah hatinya.
Ia selalu memanjatkan doa agar Hee sukses dalam memainkan piano.
"Bagiku, Hee adalah segalanya, " ucap Bu Woo Kap Sun. Ah, mereka berdua memang saling menyayangi sampai kapan pun.
Sumber: Bobo No. 2 Tahun XXXV, 19 April 2007.
dari buku sekolah
Pianis berjari empat
Eh, ketahuilah, Hee bermain piano hanya dengan empat jari lho. Bukan sepuluh jari. Meskipun hanya empat jari, Hee berhasil mengakrabi alat musik piano.
Hee menderita penyakit lobster claw syndrome. Akibatnya, pada masing-masing ujung tangannya hanya terdapat dua jari yang menyerupai capit kepiting. Kakinya pun sebatas bawah lutut dan tentu tak mampu menggapai pedal piano. Maka khusus untuk Hee, pedal piano sengaja ditinggikan agar bisa diinjaknya.
"Terlahir cacat bagiku merupakan anugerah spesial dari Tuhan, " ujar Hee yang dijuluki The Four Fingered Pianist.
Konser keliling dunia
Di samping hanya memiliki empat jari, Hee Ah Lee juga mengalami keterbelakangan mental. Namun Hee tak pernah berkecil hati. Sejak usia 6 tahun, Hee berusaha belajar piano. Di bawah bimbingan guru piano pertama, Cho Mi Kyong, Hee berlatih sangat keras. Bu Guru bahkan memperlakukan Hee sebagai murid dengan sepuluh jari. Tanpa belas kasihan.
Pelan-pelan Hee yang belajar musik di National College of Rehabilitation & Welfare mampu mengatasi segala keterbatasannya. Jarinya yang hanya dua di setiap tangan ternyata mampu menekan tuts berurutan secara cepat dan tepat. Dari hari ke hari, permainannya kian memikat.
Horee, Hee pun mulai berani menggelar konser di depan publik. Tak hanya di negerinya sendiri, mulailah Hee terbang ke Jepang, China, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan sebagainya. Tak ketinggalan, Hee sempat pula datang ke Indonesia dan menggelar konser Sharing the Strength of Love.
"Saya senang konser di Indonesia. Saya dengar keadaan Indonesia sedang susah ya, tapi semua itu pasti bisa diatasi," ujar Hee di tengah konser di gedung Balai Kartini, Jakarta, 31 Maret 2007 lalu. Wow, sukses besar.
Fantasie Impromptu
Ketika konser di Indonesia, Hee yang lahir di Seoul, 9 Juli 1985 memainkan beberapa komposisi musik karya komponis dunia. Sebut saja, Ode to Joy (Beethoven), Liebestraum (Liszt), Ave Maria (Schubert), O' Mio Babbi No Cazo (Puccini), Fantasie Impromptu (Chopin) Untuk bisa memainkan Fantasie Impromptu karya Chopin, Hee harus berlatih keras selama lima tahun. Dan setiap harinya selama 10 jam. Bukan main. Memang, Fantasie Impromptu merupakan komposisi yang sangat rumit, namun indah bukan main.
Selain itu, Hee juga sangat suka membawakan lagu-lagu rakyat Korea, antara lain Variation on the Arirang yang amat manis. Suara tepuk tangan penonton membahana menyambutnya.
"Thank you so much. Terima kasih," seru Hee riang.
Peran sang ibunda
Sukses Hee Ah Lee tak lepas dari sang ibunda, yakni Bu Woo Kao Sun. Ya, ibunya terus mendorong Hee untuk belajar piano. Ia juga selalu membantu putrinya untuk bisa mandiri dan percaya diri. Adapun, ayah Hee, pensiunan tentara, telah tiada ketika Hee masih kecil.
Meski Hee lahir cacat, Bu Woo Kap Sun sangat menyayangi buah hatinya.
Ia selalu memanjatkan doa agar Hee sukses dalam memainkan piano.
"Bagiku, Hee adalah segalanya, " ucap Bu Woo Kap Sun. Ah, mereka berdua memang saling menyayangi sampai kapan pun.
Sumber: Bobo No. 2 Tahun XXXV, 19 April 2007.
dari buku sekolah
Komentar
Posting Komentar