“Jung!!!…” teriak Kim sambil mengejar Jung
“Jung!!! Berhenti!!! Akan kujelaskan semuanya… Jung!!!”
“Jangan ikuti aku lagi Kim!!! Jangan ikuti aku lagi!!! Kau sudah lama membuatku menderita”
“Shin yang membuatmu menderita Jung!!! Bukan Aku!!!”
“Kalian berdua yang membuatku menderita KIM!!!! Kalian berdua!!!” Teriak Jung sambil menangis sebisa-bisanya, tubuhnya yang lemas tiba-tiba terkapar ditengah jalan raya. Dengan sigap Kim menggapai tubuhnya dan mengangkatnya. Dengan taxi Kim mengantarkan Jung ke apartemennya.
Tiga jam, Jung tak sadarkan diri, Kim dengan setia disisinya, menunggunya sadar kembali.
“hmm… “
“ah? Kau sudah sadar Jung… mau minum? Makan? Tadi aku memasakkan bubur untukmu, kau makan ya”
“tak perlu memperhatikanku. Pergi sana!”
“Jung… kau demam, sudah tiga jam kau tak sadarkan diri.. harus ada yang merawatmu…”
“tak perlu, aku tak perlu itu… Pergi Kim…”
“Jung… jangan keras kepala seperti itu…”
“KIM!!! PERGI!!!… jangan pernah berani menampakan mukamu didepanku… jangan pernah lagi…”
“Jung… aku mohon…” kata Kim lirih
“Kau dan dia sudah menghancurkan hatiku… Kau dan dia sudah membuatku menunggu begitu lama… kau dan dia sudah membuatku berharap banyak… Kau… mengapa begitu tega denganku… berbohong… denganku… mengapa waktu itu tak kau berikan surat Shin padaku? Biarkan aku membacanya… dan aku tak akan pernah menunggunya lagi…” kata Jung dalam tangis
“kau akan terluka bila membaca surat itu Jung… dan aku tak ingin kau terluka… kau harus tau itu…”
“bukan… kau menambah luka yang dia berikan… Kim.. mengapa kau melakukan ini semua… selama ini kau sudah tau penantianku padanya, hanya penantian yang sia-sia…”
“Jung…”
“Lalu surat-surat Shin untuk ibumu.. mengapa kau tidak menyampaikannya? Apa yang kau inginkan? Kau ingin kita semua melupakannya? Melupakan Shin?”
“Jung… aku tak pernah membohongi ibuku.. Shin tak pernah sekalipun mengirimkan surat padaku dan ibu…”
“Jangan berbohong lagi padaku Kim… aku tak ingin mempercayaimu lagi…”
“Jung… jangan bicara begitu padaku… aku yang selama ini melindungimu.. aku yang selama ini menghiburmu, aku yang selama ini berada dibelakangmu”
“Iya.. tapi aku tak menyuruhmu untuk melakukan hal itu…”
“Jung…”
“Tolong Kim… pergilah… aku ingin kesendirian… atau aku saja yang pergi…”
“Jung… Aku yang mencintaimu selama ini, aku yang ingin melihatmu bahagia, aku yang selalu memberikanmu senyuman, selama ini… kau harus ingat itu…”
“…”
“Aku tak ingin pergi meninggalkanmu sendiri…”
“PERGI KIM!!!”
“AKU TAK INGIN PERGI!!!”
“….”
“….”
“Kim.. apa isi surat itu? Kau masih menyimpan surat Shin untukku?”
“Sudah terbuang dengan masa lalu”
“kau memang brengsek Kim… apa sebenarnya yang kau inginkan?”
“kau salah kalau mengatakan aku orang yang brengsek, Shin yang seharusnya kau katakan seperti itu..”
“tapi…”
“Dalam suratnya Shin mengatakan kalau, ia sama sekali tak pernah mencintaimu, ia menjalani hidupnya denganmu, karena ia tak ingin merasa kesepian, dan dia tak bisa menikah denganmu, karena dia ingin memilih karirnya, dia tak ingin berhubungan denganmu, karena dia tak pernah mencintaimu…. Apakah itu surat yang tidak menyakitkan untuk dibaca Jung??? Iya?? Aku saja yang membacanya sudah merasa sakit. Apalagi kau… orang yang sangat kucintai, dan sangat mencintai dia… pasti akan lebih terluka lagi… kau faham itu?”
“…”
“sudah.. kau sudah tahu semua sekarang… ia tak pernah mencintaimu…”
“apakah salahku… hingga kalian berdua menyakitiku seperti ini…”
“hanya aku yang salah Jung… aku tak ingin menyakitimu, itu yang semakin membuatmu terluka… aku terlalu bodoh dalam hal ini…”
“Kim… Bisakah kau pergi sekarang…? Aku ingin kesendirian”
“kau yakin?”
“bisakah kau pergi sekarang?”
“baik… jaga dirimu baik-baik Jung”
“…”
Jung hanya bisa menangis sendirian di apartemen kecilnya, sedangkan Kim masih setia menunggu didepan pintu apartemen Jung, ia khawatir Jung akan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.
Karya Ayuna Kusuma
Nantikan kelanjutannya
Komentar
Posting Komentar